Gerakan Cuci Kaki orangtua, salah satu bentuk Praktik Luhur di SMAN 1 Mejobo

Praktik luhur Adipangastuti, yang bermakna bakti dan hormat kepada orang tua, kembali menguat di SMAN 1 Mejobo Kudus. Salah satu manifestasinya yang paling nyata dan menyentuh adalah tradisi mencuci kaki orang tua. Kegiatan ini bukan sekadar ritual, melainkan cerminan mendalam dari nilai-nilai ketaatan, pengabdian, dan rasa terima kasih yang kini semakin digalakkan, khususnya oleh generasi muda. Siswa kelas X melakukan tradisi cuci kaki pada saat kegiatan orientasi dan sosialisasi program sekolah. Acara berlangsung pada Selasa 21 September 2025 di Lapangan Indoor Sekolah.

Adipangastuti, sebagai bagian dari ajaran etika dan moral Jawa, menekankan pentingnya peran orang tua sebagai “tuhan” di dunia. Mencuci kaki, dalam konteks ini, melambangkan kerendahan hati dan pengakuan atas jasa-jasa tak terhingga yang telah diberikan orang tua. Tradisi ini telah lama dipraktikkan di berbagai keluarga, namun sempat meredup seiring dengan modernisasi.

Solkhan, Selaku Ketua Praktik Sekolah adipangastuti menyampaikan bahwa Praktik Adipangastuti dengan mencuci kaki orang tua terbukti memberikan dampak positif yang signifikan pada hubungan keluarga. Anak-anak yang terlibat dalam kegiatan ini merasakan ikatan emosional yang lebih kuat dengan orang tua mereka. Mereka menjadi lebih peka terhadap pengorbanan yang telah dilakukan, sehingga tumbuh rasa empati dan keinginan untuk membalas budi.

Salah satu siswa kelas X, Septi, berbagi pengalamannya. “Awalnya saya merasa canggung, tapi saat saya melihat ekspresi wajah ibu yang terharu, air mata saya ikut menetes. Rasanya seperti semua beban dan rasa lelahnya hilang seketika,” ujarnya.

Sementara itu, bagi para orang tua, momen ini menjadi pengalaman yang sangat berharga. Mereka merasa dihargai, dicintai, dan diakui. Hal ini memperkuat rasa kebersamaan dan kekeluargaan, serta menciptakan lingkungan yang harmonis di dalam rumah.